Saturday, December 26, 2015

Demam Berdarah DBD

Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (ptechie) spontan .
Demam Berdarah DBD, Demam berdarah dengue, penyakit demam berdarah, pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan DBD, pencegahan DBD

Etiologi
Penyebab DBD adalah virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti yang mempunyai ciri belang hitam-putih diseluruh tubuh sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai demam dengue (DD). Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda.

Virus Dengue dahulu termasuk group B Antropod Borne Virus (Arboviruses) adalah virus RNA, genus Flavivirus, termasuk family Flacviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4. infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi protektif seumur hidup untuk serotype yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotype yang lain. Ke-4 serotype virus tersebut diketemukan diberbagai daerah di Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan di Indonesia dan ada hubungannya dengan kasus-kasus berat pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) (Rampengan, 1992).

Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya tahan tubuh manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor diatas menyebabkan: peningkatan permeabilitas kapiler, dan kelainan hemostatis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati (Mansjor, 2000).
Demam Berdarah Dengue Derajat I-II-III-IV

Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue , demam berdarah dengue, sampai sindrom syok dengue. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Secara klinis biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan sendi), dan timbul ruam makulopapular. Tanda lain menyerupai demam dengue yaitu anoreksia, muntah, dan nyeri kepala 

Diagnosis
Diagnosis DBD biasa dilakukan secara klinis:
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam C disewrtai gajal tidak spesifik, seperti anoreksi, berkisar 39-40 nyeri pada punggung, tulang, persendian, danmalaise, kepala.
2. Manifestasi perdarahan, seperti uji torniquet positif, petekie, pirpura, ekimosis, epistaksia, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
4. Dengan/tanpa syok. Syok yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk.
5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.
6. Adanya ruam-ruam pada kulit.
7. Leukopenia

Derajat Beratnya DBD secara klinis sangat bervariasi, WHO (1997 dalam Widyastuti, 2005) membagi menjadi 4 derajat yaitu:
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III :
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. Kriteria Laboratorium: 

Pemeriksaan radiologi yang menunjang diagnosis:
1. Dilatasi pembuluh darah paru, efusi pleura, kardiomegali, dan efusi perikard.
2. Hepatomegali, dilatasi vena hepatica, cairan rongga peritonium (ascites) dan penebalan dinding kandung empedu pada USG abdomen

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DBD tentunya berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu perembesan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang berlangsung selama 24-48 jam akan menyebabkan terjadinya syok, anoksia, asidosis, dan kematian. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk mendeteksi adanya perembesan plasma secara dini sehingga dapat mencegah terjadinya syok.

Perembesan plasma terjadi saat peralihan fase demam ke fase penurunan suhu. Kalau pada Demam Dengue (DD), saat peralihan ini berarti penyembuhan, sedangkan pada DBD merupakan saat kritis karena merupakan awal dari fase syok (Hadinegoro, 1999).

Pencegahan Penyakit DBD
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor Dengue khususnya aedes aegypty yang mempunyai ciri-ciri berupa belang hitam putih sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.
Pencegahan wabah DHF didasarkan pada pengendalian vektor, karena vaksin belum tersedia. Saat ini satu-satunya cara yang efektif untuk menghindari infeksi virus Dengue adalah menghindari gigitan dari nyamuk yang terinfeksi (Hendarwanto,1996).

Perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD
Dalam masalah ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan DBD dengan memutus mata rantai penularannya dengan pemberantasan vektor penyakit demam berdarah dengue. Namun yang terdepan dan strategis dalam pelaksanaan pencegahan DBD ini adalah perilaku keluarga dalam memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD di lingkungannya.
Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah keterlibatan tanggung jawab mental dan emosional. Keterlibatan tanggung jawab meliputi penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan misalnya penyediaan tong sampah, pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi perindukan vektor penyakit DBD misalnya memelihara parit dengan tidak membuang sampah kedalamnya, pemantauan dan pengawasan lingkungan rumah tangga dan halaman erat kaitannya dalam pencegahan DBD. Keterlibatan emosional menyangkut berbagai anjuran-anjuran kepada anggota keluarga dengan berbuat sesuatu dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan upaya pemberantasan DBD.

Dalam melakukan pencegahan DBD ini keluarga perlu melakukan beberapa metode yang tepat yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, sebagai contoh keluarga dapat melakukan:
a. Menguras bak mandi/penampungan air satu kali seminggu.
b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minuman burung seminggu sekali.
c. Menutup rapat tempat penampungan air.
d. Mengubur kaleng bekas, botol-botol, ban, pelastik, kulit kerang, bekas pembungkus makanan yang ada disekitar rumah.

2. Biologi
Pencegahan DBD secara biologi antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik jika mempunyai kolam di sekitar rumah.

3. Kimiawi
Cara pencegahan ini antara lain:
a. Pengasapan/fogging berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan seperti gentong air, bak mandi, vas bunga, dan kolam sesuai dengan dosis/takaran yaitu 1 gram bubuk abate untuk 10 liter air.

Cara lain yang dapat dilakukan keluarga menurut Yatim (2001), misalnya:
1. Pakaian sebagai pelindung dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk jika pakaian cukup tebal atau longgar dan gunakanlah baju lengan panjang dan celana panjang.
2. Gunakan racun nyamuk boleh obat nyamuk bakar, gosok, maupun yang semprot.
3. Hindari tidur siang, terutama di pagi hari antara jam 9-10 atau sore hari sekitar jam 3-5, karena nyamuk aedes aegepty mempunyai kebiasaan menggigit pada pada jam-jam tersebut.
4. Gunakan kelambu saat tidur atau gunakan kipas angin di kamar tidur karena nyamuk pada umumnya tidak suka dilingkungan berangin.
5. Singkirkan pakaian-pakaian yang tergantung di balik pintu di dalam kamar, karena nyamuk aedes aegepty senang berada ditempat gelap dan istirahat di pakaian yang bergantungan.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa cara yang paling efektif yang dapat dilakukan keluarga dalam pencegahan DBD adalah dengan 3Mplus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, memberikan bubuk abate, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat .

Untuk mencegah terjadi demam berdarah maka seseorang harus waspada jika sebelumnya mengalami panas badan selama 2 – 7 hari.

ARTIKEL TERKAIT
BERMANFAATKAH DAUN DARI POHON RANDU UNTUK KESEHATAN?
Nyeri Dada
Nyeri Pinggang
Demam Pada Anak
Filariasis Atau Kaki Gajah
Wajib Dibaca : Fakta Menarik Tentang Nyamuk Yang Perlu Diketahui

0 komentar:

Kolom tanya ahli

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com